Tebalnya Kesesatan Manusia

" Maka apakah engkau hendak membuat mendengar si tuli ? atau hendak memberi petunjuk si buta ? Dan orang yang dalam kesesatan yang nyata ? tetapi meskipun Kami hilangkan engkau. Namun Kami akan membalas juga kepada mereka. Ataupun Kami perlihatkan kepada engkau apa yang Kami ancamkan kepada mereka, maka sesungguhnya Kami atas mereka berkuasa. " (QS. Al-Zukhruf : 40 - 42)

Orang-orang tuli telinganya dari kebenaran, tidaklah dia akan mendengar. Orang-orang yang telah buta mata hatinya, tidaklah bisa lagi dipimpin, demikian pun orang-orang yang telah nyata-nyata sesat. Maka ayat 40 berbunyi sebagai pertanyaan :  " Maka apakah engkau hendak membuat mendengar si tuli? Atau hendak memberi petunjuk si buta? Dan orang yang dalam kesesatan yang nyata?". Ayat ini untuk menunjukkan betapa tebalnya kesesatan mereka.

" Tetapi meskipun Kami Kehilangan engkau." (pangkal  ayat 41). Yaitu meninggal dunia: "Namun Kami akan membalas juga kepada mereka." (ujung Ayat 41). Dosa mereka menolak kebenaran itu. Pasti akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, tidak akan dibiarkan saja.

"Ataupun Kami perlihatkan kepada engkau apa yang Kami ancamkan kepada mereka, maka sesungguhnya Kami atas mereka  berkuasa." (ayat 42).

Kalau sekiranya Nabi Muhammad SAW. meninggal dunia, namun sepeninggalannya mereka akan dijatuhi sisksa juga karena keingkaran. Ataupun sementara NAbi Muhammad SAW masih hidup, Allah pun mudah saja menjatuhkan azab itu, sehingga dia dapat menyaksikan. Oleh sebab itu maka soal mengazab mereka bagi Allah bukanlah hal yang sulit.

"Sebab itu berpegang teguhlah kepada yang diwahyukan kepada engkau. Sesungguhnya engkau adalah atas jalan yang lurus." (Ayat 43)

Jangan perduli yang tuli telinga batinnya, yang buta mata hatinya, dan yang sesat sangat nyata. Pegang teguh wahyu dan jalan terus! Jalan terus! Engkau di pihak yang paling benar ! Jalan terus ! Engkau adalah di pihak yang lurus!

"Dan sesungguhnya Dia "yaitu wahyu itu, "adalah peringatan untuk engkau dan untuk kaum engkau, dan kaum akan diperiksa." (Ayat 44).

Diperingatkan hal ini supaya mana wahyu yang telah turun terus dijalankan terlebih dahulu oleh beliau sendiri dan kaumnya yang sudah percaya. Di hari kiamat kelak akan diperiksa sudahkah dijalankan sebagaimana mestinya. Dijalankannya terus dengan tidak menghiraukan orang yang belum percaya. Dan orang yang percaya niscaya kian lama akan bertambah luas pengaruhnya. 

" Dan tanyakanlah, kepada orang-orang yang Kami utus sebelum engkau dari utusan-utusan Kami, adakah Kami jadikan selain Tuhan Yang Maha Murah, tuhan-tuhan yang lain. yang akan mereka sembah?" (Ayat 45)

Maksud pertanyaan ini ialah dengan menilik wahyu-wahyu Allah yang mereka tinggalkan. Tidak seorang pun dari utusan-utusan itu, yang misalnya karena hendak mencari jalan damai, lalu memperbolehkan dan membiarkan kaum mereka menyembahlah "than-tuhan buatan" itu. Dalam pendirian yang pokok ini tidak boleh tolak-ansur, walaupun sebenang.
Dalam pda itu wahyu Llah pun selalu turun mengisahkan perjuangan Rasul-Rasul itu menegakkan Tauhid, sehingga walaupun Nabi Muhammad SAW disuruh menanyakan kepada mereka, namun Tuhan sendiri telah memberikan jawabanNYA selalu dan tegas. Dalam rangkaian ini Tuhan mewahyukan lagi tentang perjuangan Musa.

"Dan sungguh telah Kami utus Musa dengan ayat-ayat Kami kepada Firaun dan golongannya, maka dia telah berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan sarwa sekalian alam." (Ayat 46).  "Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan ayat-ayat Kami, tiba-tiba mereka tertawakan dia." (Ayat  47).

Apakah Sebab mereka tertawakan ???
Dari kecil Musa itu dibesarkan dalam istana, dan hidup cara istana. Memakai pakaian anak-anak raja, sampai umur 30 tahun. Dia lari ke luar negri, karena tertuduh membunuh. Sekarang setelah 10 tahun, dia pulang, datang membawa suara yang mereka anggap rancu dan lucu. Dia mengatakan bahwa dia telah diangkat Allah menjadi Rasul. Dia mengatakan bahwa Fir'aun bukan Tuhan.

Dia mengatakan bahwa dia adalah pemimpin Bani Israil, yaitu rakyat yang hinadina  dan jadi budak selama ini dari golongan Fir'aun yang memerintah. Mereka mula-mula mendengar segala perkataan Musa itu memandangnya suatu hal yang lucu saja. Lucu mereka pandang semuanya itu; orang rendah tak tahu diri, lalu bercakap besar. Bagai "si Cebol" merindukan bulan.

Tetapi lama-lama tertawa itu menjadi hilang. Sebab Musa lalu memperlihatkan ayat-ayat Allah, yaitu mu'jizat, diantaranya tongkat menjadi ular besar, tangan memancarkan sinar terang, dan lain-lain.

"Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu tanda, melainkan dia lebih besar dari saudaranya." (Pangkal Ayat 48). Artinya, yang kemudian lebih hebat dan lebih menajubkan dari yang dahulu: "Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali." (ujung Ayat 48)

Azab itu bermacam-macam, pernah air sungai Nil berubah menjadi darah, hingga penduduk Mesir tidak bisa minum, sedang yang diminum Bani Israil tidak berubah. Pernah pertanian diserang belalang, sehingga habis dan tidak bisa panen apa-apa. Terpaksalah akhirnya mereka tidak tertawa lagi. Terpaksalah mereka mengakui Musa sebagai orang yang luar biasa, tetapi belum mereka akui bahwa Dia adalah Rasul Allah. Hanya seorang dukun  sakti, tukang sihir yang sekas. Maka bahaya-bahaya dan malapetaka yang menimpa negeri itu adalah karena oleh tukang sihir itu. Akhirnya mereka datang kepada Musa, agar dia menghilangkan malapetaka itu. Dan kalau malapetaka itu hilang, mereka berjanji akan taat dengan apa yang akan diajarkan Musa. Tetapi Musa masih mereka bahasakan "tukang Sihir"

"Dan mereka berkata:"wahai ahli sihir! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu itu apa yang telah dijanjikanNya kepada engkau." (pangkal Ayat 49). Yaitu kalau mereka tunduk kepada kebenaran Allah segala bahaya akan hilang. Dan kata mereka selanjutnya: "Sesungguhnya kami akan diberi petunjuk." (Ujung Ayat 49). Tegasnya mereka Janji akan insaf, kalau malapetaka  itu telah hilang. "Tetapi setelah Kami angkatkan dari mereka Azab itu, tiba-tiba mereka memungkiri janji." (ayat 50). 

Malapetaka telah hilang, tetapi untuk tunduk kepada kehendak Musa, mereka amat merasa keberatan. Yang amat merasa keberatan itu ialah Fir'aun itu sendiri. Seorang "Seri Maharaja Diraja" yang besar, Dewa dari lembah sungai Nil akan tunduk kepada seorang pemuka dari rakyat jelata. Bani Israil? Itu tidak mungkin.

Padahal yang menjadi permintaan Musa bukanlah Fir'aun meninggalkan kerajaannya, lalu datang padanya menjadi pengikut. Permintaannya hanyalah supaya kaumnya, Bani Israil dibebaskan keluar dari negeri Mesir. Pulang ke tanah mereka asal, bumi Kanaan, negeri Datuk mereka Nabi Ya'kub sebelum berpindah ke Mesir. Mengapabulkan itu, Fir'aun pun keberatan. Sebab kalau Bani Israil tidak ada lagi di negeri Mesir, porak-porandalah urusan kerajaan. Sebab mereka selama ini dipandang sebagai rakyat pemikul berat, kuli, budak, orang suruhan dll. Kalau mereka tidak ada lagi, siapa yang akan menggantikan ?? Padahal yang lebihnya adalah tuan-tuan semua, sebab mereka orang Qubthi, Keluarga Fir'aun.

Sebab itu permintaan sekali-kali tidak dapat dipenuhi, dan janji orang besarnya dengan Musa bahwa mereka akan insaf, dipandang Fir'aun sebagai janji yang terlanjur saja. Sebab yang berkuasa mutlak adalah dia seorang.

" Dan Memanggil Fir'aun kepada kaumnya, dia berkata: "Wahai kaumku! Bukankah kepunyaanku kekuasaan di Mesir ini, dan ini sungai-sungai mengalir di bawahku. Tidaklah kamu lihat?" (Ayat 51)

Aku yang diprtuan disini. Aku yang mengatur kekuasaan dan mutlak. Segala keputusan hanya daripadaku. Kalau aku tidak setuju, tidak jadi dan hidupmu sendiri aku yang mengatur. Kekuasaanku tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, apatah lagi oleh seorang yang disebut Musa itu.

"Atau bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini, dan yang hampir tidak boleh memberi keterangan?" (Ayat 52). 

Diperbandingkanlah kemegahan dankekuasaan dengan seorang Nabi Allah. Musa dikatakannya orang hina, sebab tidak raja, tidak kaya, dan dari kaum hina-dina, Bani Israil. Apatah lagi diantara sekalian Nabi-Nabi, Nabi Musa itu tidak begitu ahli berpidato. Percakapannya pendek dan itu saja. Sebab lidahnya agak kaku, sebab wktu kecil di dalam asuhan Fir'aun, dia pernah berbuat nakal, merusak takhta kedudukan fir'aun, hingga fir'aun murka, sehingga hendak dibunuhnya.. Tetapi permaisurinya Asiah menghalangi dan mengatakan bahwa anak ini belum berakal.

0 comments:

Post a Comment

komentar anda