Keutamaan Orang Bersikap Jujur



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛


Bapak-bapak, Ibu-Ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati. Pertama sekali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga  kita semua bisa menghadiri pengajian pada malam hari ini. Tanpa Ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahah di tempat yang barokhah ini.

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah SAW. berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan segera pengikutnya, umat Islam sekalian. Aamiin.

Para hadirin sekalian,
Ciri seorang muslim sejati adalah jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati jika seseorang masih suka berbohong dan menipu. Rasulullah Muhammad SAW. dalam kehidupannya sehari-hari dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya. Karena itu jujur merupakan akhlak yang sangat baik dan indah menurut pandangan Allah SWT.
Sesungguhnya jika kita hidup di dunia ini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan dapatlah  dirasakan oleh seluruh manusia. Orang-orang yang selalu jujur dalam setiap tindakan dan ucapan, maka termasuk golongan  yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan beruntung di Akhirat.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, rahimahumullah..
Kita semua setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia. Kejujuran dapat membimbing manusia menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan mampu menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju ke surga. Bukanlah Rasulullah SAW. pernah bersabda:
"Sesungguhnya kejujuran membimbing ke arah kebaikan. Dan kebaikan itu membimbingnya ke surga. Seseorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta membimbing seseorang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke  neraka. Seseorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta." HR. Bukhari Muslim.

Para hadirin yang dirahmati Allah,
Orang yang suka berterus terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia termasuk memiliki sifat keNabian. Sebab tentu saja orang-orang yang jujur ini suka sekali dengan kebenaran. Karena sukanya, maka ia selalu memelihara akhlaknya dari dusta. Karena itu ia cenderung  untuk melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran Agama.
Dalam surat Maryam ayat 41, Allah berfirman:
"Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Ibrahim, bahwa dia adalah seorang yang benar dan jujur, lagi pula seorang Nabi."
Kemudian dibagian lain dalam surat Maryam, yaitu ayat 54 diterangkan pula:
"Dan sebutkanlah dalam kitab, tentang Ismail bahwa dia adalah seorang yang jujur, suka menepati janji, dan lagi pula adalah seorang Rasul dan Nabi."

Tentang kejujuran Nabi Idris AS. pun disinggung dalam Al-Qur'an: "Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Idris bahwa dia adalah seorang yang benar, jujur, dan lagi pula seorang Nabi."

Bapak, Ibu, Hadirin yang dirahmati Allah SWT,
Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang di senangi Allah. Jika Allah senang, maka pastilah Dia akan mengasihi. Dan HambaNya yang jujur, maka kelak di hari Kiamat akan disediakan tempat yang menyenangkan, yaitu Surga.

Sesungguhnya kejujuran dan sikap terus terang akan membawa diri seseorang menuju kejalan kemerdekaan jiwa. Jiwa yang merdeka bebas tanpa ikatan. Sebab orang yang selalu jujur maka ia tidak merasa cemas dan takut kepada siapapun. Apa yang dilihatnya akan dikatakan apa adanya. Tiada tersembunyi dan terselipi kebohongan sedikitpun.

Orang yang senantiasa jujur, maka ia pun jujur terhadap dirinya sendiri. Kejujuran pada diri sendiri dapat menghantarkan dirinya pada suatu kemajuan. Dimana karena jujur, akhirnya ia mengakui kekurangan dan kelemahan yang dimiliki. Jika seseorang menyadari keurangan serta kelemahannya, pasti ia tidak mempunyai sifat sombong. Dengan demikian, tentu ia akan belajar dan berusaha terus unuk meningkatkan diri dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.

Para hadirin yang berbahagia,
Sekali lagi saya katakan bahwa orang jujur tidak akan takut kepada siapapun juga. Jika ia harus menghadapi bahaya dari perkataannya yang jujur, maka ia tak akan khawatir. Bahkan ia tak segan-segan mengatakan apa adanya. Tetapi terhadap dirinya dan hatinya sendiri ia sangat takut. Ketakutan itu ialah jangan-jangan ia memungkiri suara hatinya sendiri. Dimana suara hati seseorang selalu mengemukakan kebenaran.

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita senantiasa bersikap jujur, dimanapun dan kapan saja. Dalam pergaulan sehari-hari, kejujuran perlu dan wajib diterapkan. Marilah kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa seorang muslim selalu memiliki akhlak yang mulia.

Para hadirin yang dirahmati Allah SWT,
Setelah Ali bin Abu Thalib wafat, maka ketika itu kekhalifahan diserahkan kepada putranya yaitu Hasan. Akan tetapi Hasan merasa bahwa pemerintahannya tidak menguntungkan, maka ia mengajak melakukan perdamaian dengan Muawiyah. Dengan demikian maka kekuasaan kekhalifahan jatuh ke tangan Muawiyah.

Pada suatu ketika Muawiyah pergi haji ke Makkah. Disana  ada pemeriksaan terhadap nama-nama orang yang sangat menyintai Ali dan membenci Muawiyah. Maka dijumpai nama seorang perempuan yang sangat benci kepada Muawiyah. Perempuan itupun diperiksa seperti halnya seorang polisi memeriksa tersangka.

Tanya Muawiyah kepada perempuan itu. "Aku ingin bertanya, kenapa engkau begitu sayangnya kepada Khalifah Ali dan membenciku?" Dapatkah engkau menjelaskan kepadaku?"

Perempuan itu mengajukan permintaan " Jika aku bicara apakah tuan akan memberi jaminan atau mengampuni atas pengakuanku?"

Muawiyah berkata;" Tidak, aku adalah penguasa, Aku seorang Khalifah. Karena itu aku tidak akan memberi ampunan kepadamu."

Perempuan itu berkata, "Jika Tuan tidak mengampuniku, maka justru aku akan berkata terus terang, mengapa aku menyintai Sayidina Ali dan tidak begitu suka kepada Tuan."

Kata Muawiyah, "Katakanlah!"

Perempuan itu berkata, "Demi Allah, aku lebih menyintai Sayidina Ali."
"Mengapa?" Tanya Muawiyah.

Perempuan tua itu dengan jujur mengatakan "Sayyidina Ali sangat adil kepada rakyatnya, Jika membagi sesuatu, maka dibaginya dengan rata, tak ada yang berlrbih dan berkurang. Setiap orang menerima bagiannya dengan puas hati".

Muawiyah Menyela,"Apakah diriku tidak demikian?"
Perempuan itu menjawab, "Aku Sungguh tidak suka kepada Tuan".

Muawiyah terperanjat dan bertanya, "Apa Alasanmu?"
Perempuan itu menjawbanya, "Karena engkau suka memerangi orang, engkau suka merampas hak orang lain. Aku berpihak kepada Sayyidina Ali sebab Rasulullah mempercayakan dia menjadi Khalifah. Dia sangat mengasihi orang miskin dan memuliakan orang beragama."

Tanya Muawiyah, " Apakah diriku tidak demikian?"
Jawab perempuan itu, "Demi Allah, Tuan tidaklah demikian, engkau suka menumpahkan drah, engkau penguasa yang dzalim, engkau terbiasa memutuskan hukuman di atas hawa nafsu bukan demi keadilan."

Tanya Muawiyah, "Apakah engkau pernah melihat  Ali?"
Perempuan itu menjawab, " Demi Allah aku pernah menjumpainya."
Tanya Muawiyah, " Bagaiman sikap dan pandangn hidupnya?"
Dengan jujur perempuan itu menjawabnya, "Sayidina Ali tidak gila jabatan, tidak gila hormat seperti Tuan Muawiyah. Dia tidak menumpuk harta kekayaan seperti Tuan Muawiyah."

Muawiyah bertanya, "Apakah engkau sekarang membutuhkan pertolonganku?"
Perempuan itu kembali balik tanya,"Apakah tuan mau memberikan sesuatu jika aku memintanya?"
Muawiyah memastikan, " Oh, tentu..!!"
Permpuan berkata, " Sekarang, aku meminta seratus unta betina dengan anaknya dan sekaligus penggembalanya."

Muawiyah terperanjat ketika mendengar permintaan perempuan tua itu. "Untuk apakah engkau membutuhkan unta sebanya itu, Bukanlah usiamu sudah senja?"
Jawab perempuan itu, "dengan unta-unta itu aku akan bisa berbuat mulia. Air Susunya kuberikan kepada Anka-anak dan lainnya untuk kumanfaatkan bagi fakir miskin."

Tanya Muawiyah lagi, "Jika aku mengabulkan permintaan itu, apakah kemudian engkau menyintaiku seperti halnya dirimu menyintai Ali?"
Dengan Jujur perempuan itu menjawab,"Tidak... Tidak mungkin Cintaku kepada Sayidina Ali sama dengan cintaku kepada Tuan. Namun setidak-tidaknya kadar cintaku kepadamu lebih rendah dibandingkan kepada Sayidina Ali."

Mendengar pengkuan perempuan yang jujur dan polos itu, maka hati Muawiyah tiba-tiba menjadi bergetar. Muawiyah kemudian berstair, "Jika daku tak siap sedia, bersopan santun pada dirimu. Siapa lagi orang yang diharapkan untuk bersantun kepada temannya? Terimalah ini dan semoga engkau senang. Ingatlah dan kenanglah perbuatanku. Semoga Tuhan membalasnya. Perang akan ku gantikan dengan sikap yang menyintai kedamaian."

Para Hadirin yang saya hormati,
Demikianlah kemuliaan sikap jujur. Seperti halnya yang dicontohkan seorang wanita tua yang tegas mengatakan jujur pada seorang penguasa. Justru sikap jujur dan polos yang tidak dibuat-buat, dapat mengubah sikap penguasa menjadi lunak.

Oleh karena itu setidak-tidaknya kita harus meniru orang-orang yang pantas untuk diteladani agar kejujuran tetap terjaga. Agar pula kedustaan  sirna dalam kebiasaan kita sehari-hari. semoga uraian singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Billahitaufiq wal hidayah, Wassalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakaatuh..

1 comments:

  1. Subhannalah.. Terima kasih atas tausyahnya..

    ReplyDelete

komentar anda